Jakarta, 13 Oktober 2023. TuK INDONESIA kembali meluncurkan laporan ketiga mengenai dominasi  25 Taipan di sektor perkebunan kelapa sawit dan hutan Indonesia (2023). Taipan merujuk kepada para pemilik perusahaan perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pulp dan kertas yang mengendalikan sejumlah besar lahan, dan pada tahun ini, data yang diungkapkan dalam laporan ini menyuguhkan gambaran yang semakin mengkhawatirkan tentang ketimpangan ekonomi di indonesia. 

Berdasarkan temuan kami, pada tahun 2021, luas areal perkebunan sawit di Indonesia mencapai 15 juta hektare, atau sekitar seluas Tunisia. Periode 2017-2021, terjadi peningkatan signifikan sebesar 2,7 juta hektare, yang setara dengan luas Albania. Sebaran perkebunan kelapa sawit terluas tercatat di  Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, masing-masing memiliki luas areal perkebunan sawit terbesar, yaitu 2,9 juta hektare, 2,07 juta hektare, dan 2,05 juta hektare. Dari total luas perkebunan kelapa sawit ini, para taipan dalam studi ini menguasai lebih dari 3,9 juta hektare lahan sawit, yang setara dengan 26% dari total luar areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2021.

Sebaliknya, rumah tangga petani terus mengalami penurunan penguasaan lahan. Data dari Badan Pusat Statistik (2019) menunjukkan bahwa pada 2013, terdapat 14,25 juta petani yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar, sementara pada 2018 jumlahnya meningkat menjadi 15,81 juta petani, atau sekitar 57,12% dari total jumlah rumah tangga petani pada tahun tersebut yang mencapai 27,68 juta rumah tangga.

Ketimpangan penguasaan lahan ini semakin terlihat dari pendapatan perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pulp dan kertas yang dikendalikan oleh para Taipan. Pada tahun 2021, pendapatan mereka mencapai hampir US$ 100 miliar dengan keuntungan sebesar US$ 5 miliar. Dari 24 perusahaan kelapa sawit di Indonesia yang dikendalikan oleh Taipan, sembilan di antaranya terdaftar di bursa saham Jakarta, dan sisanya tersebar di berbagai bursa saham internasional.

Pendapatan yang besar ini membuat para Taipan menjadi orang-orang dengan nilai kekayaan yang sangat besar. Dalam laporan ini, tercantum 10 besar Taipan terkaya di sektor perkebunan kelapa sawit, , mereka adalah: 

  1.     Budi Hartono (Djarum) USD 20.500 juta,
  2.     Keluarga Widjaja (Sinar Mas) USD 9.700 juta,
  3.     Keluarga Keswick (Jardine Matheson) USD 8.684 juta,
  4.     Anthoni Salim (Group Salim),
  5.     Lee Yeow Chor & Yeow Seng (IOI) USD 4.600 juta,
  6.     Bachtiar Karim (Musim Mas Group) USD 4.000 juta,
  7.     Kuok Khoon Hong (Wilmar) USD 3.800 juta,
  8.     Lim Kok Thay & Lim Keong Hui (Genting Group) USD 2.300 juta,
  9.     Martua Sitorus (Wilmar / KPN Corporation) USD 2.000 juta,
  10. Keluarga Fangiono (Fangiono Agro Plantation (FAP Agri) USD 1.800 juta.

Dominasi para Taipan ini turut didukung oleh dana yang besar dari institusi keuangan berupa pinjaman bank yang mencapai jumlah yang sangat signifikan. Menurut data dari Forests and Finance per Mei 2023, bank-bank Indonesia seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), dan Bank Negara Indonesia (BNI) menjadi pemberi pinjaman terbesar kepada para Taipan selama periode 2017 hingga September 2022.   

Dominasi yang terus berlanjut ini akan semakin memperparah ketimpangan ekonomi di Indonesia dan menciptakan ruang eksploitasi bagi manusia dan alam yang semakin ekstrim. Untuk itu, diperlukan kebijakan yang mendukung rakyat kecil. Temuan dari laporan ini menegaskan pentingnya langkah-langkah untuk mengatasi dominasi Taipan dalam sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia dan memastikan pembiayaan dari institusi keuangan sesuai dengan rencana keuangan berkelanjutan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

TuK INDONESIA
Linda Rosalina

Direktur Eksekutif

This post is also available in: English